Rasanya belum hilang dari ingatan bencana yang terjadi di Anyer, Aceh, Jogja, Garut. Belum lama, Indonesia kembali diguncang bencana, kali ini menimpa Cianjur. Gempa bumi yang jumlah korbannya sudah mencapai 300 an orang. Sedih? sudah pasti! Walau tempat tinggal jauh dari titik bencana, tapi kita tentu merasakan dampaknya. Di Bekasi, tempat saya tinggal, getaran gempa sempat berasa. Yang saya kira saya hanya pusing, ternyata itu efek dari gempa Cianjur.
Kita ngga bisa merasa aman dari Gempa. Apalagi Indonesia memiliki banyak sekali pegunungan dan lautan. Indonesia selalu memiliki potensi bencana, yang mungkin saling berdekatan. Dengan kondisi alama yang dimiliki Indonesia, memang sudah sepatutunya, kita jangan pernah merasa aman dari gempa. Even, lokasi tinggal kita jauh dari gunung atau laut. Potensi bencana akan selalu ada.
Itulah kenapa, penting sekali masyarakat seperti kita ini, tahu dan paham bagaimana menghadapi bencana. Bukan ketakutan, bukan malah menyerahkan penanggulangan hanya pada pemerintah. Soal mitigasi bencana adalah kewajiban kita semua untuk mempelajarinya. Bahkan saat ini, di beberapa sekolah, edukasi mitigasi bencana sudah dimasukkan ke dalam kurikulum.
Bagaimana Mitigasi Bencana Bagi Penyandang Disabilitas?
Yang namanya bencana, ngga pandang bulu. Baik yang normal, maupun disabilitas, memiliki risiko terhadap bencana. Namun, bagi disabilitas, menghadapi bencana akan jadi satu hal yang sangat berat. Kalau yang normal bisa bergerak cepat, bagi disabilitas pasti ada kendala-kendala yang dihadapi.
Hal penanggulangan bencana bagi disabilitas ini sangat menarik buat dibahas. Jadi, Rabu (29/11) lalu, saya menyimak diskusi publik yang diadakan oleh KBR bekerjasama dengan NLR Indonesia. Lewat tayangan live streaming di YouTubu, saya mengambil poin-poin penting yang disampaikan oleh narasumber.
Narasumber yang dihadirkan, antara lain:
1. Drs. Pangarso Suryotomo - Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB
2. Bejo Riyanto - Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana
Menurut Papang (sapaan akrab dari Drs. Pangarso), Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah korban terbesar akibat bencana. Indonesia memang punya risiko tinggi terhadap bencana. Namun, yang paling penting adalah bagaimana masyarakat siap siaga dalam menghadapi bencana. Agar tidak lagi banyak jatuh korban. Jadi, memang sangat butuh kesiapan dari kita semua.
Dalam data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak Januari 2022, sudah tercatat ada 3294 bencana yang terjadi. Jumlah korban jiwa yang meninggal mencapai 550 jiwa. Dari sekian banyak bencana yang terjadi, 24 diantaranya karena faktor alam atau tektonik. Sisanya karena cuaca atau meteorologi.
Sejak tahun 2019, BNPB sudah membentuk Desa Tanggap Bencana. Program ini diisi dengan edukasi kebencanaan kepada masyarakat di desa-desa agar siap menghadapi bencana. Para relawan diberikan edukasi secara komprehensif agar bisa disampaikan kepada warga. Termasuk bagaimana menangani disabilitas dalam menghadapi bencana.
Papang mengatakan, disabilitas memang memiliki keterbatasan, namun bukan berarti mereka lemah. Ketika di lapangan, disabilitas malah ingin sekali dilibatkan dalam membantu penanganan bencana. Mereka memang butuh pertolongan ketika terjadi bencana, tapi mereka juga ingin berpartisipasi dalam membantu daerahnya yang terdampak bencana.
Sebagai bukti komitmen BNPN terhadap pengurangan risiko bencana, BNPB menerbitkan Perka BNPB No. 14 tahun 2014 tentang Penanganan, Perlindungan, dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana. Diharapkan, dengan adanya Perka ini, semua pihak bisa berperan dalam penanggulangan bencana termasuk OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya.
Penyandang Disabilitas Dalam Menghadapi Bencana
Bejo Riyanto, Ketua Konsorsium Pelita dan juga penyandang disabilitas berbagi kisahnya ketika terdampak bencana. Sekitar tahun 2006 -2007 terjadi gempa di Jogja yang cukup dahsyat. Korbannya sudah bukan ratusan lagi, tapi ribuan. Tempat tinggal Bejo hanya sekitar 1 km dari merapi dan sangat terdampak.
Saat mengalami bencana, Bejo mengatakan kalau banyak masyarakat bahkan dirinya sendiri yang tidak memiliki persiapan. Karena memang, bencana datangnya tanpa permisi dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Hingga akhirnya, banyak korban berjatuhan.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Bejo bersama rekan-rekan disabilitas lain di PELITA concern dalam edukasi penanggulangan bencana. Bagaimana mereka yang memiliki keterbatasan secara fisik, bisa ikut andil dan siap siaga dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi.
Bagaimana kita selamat dari bencana? Perlu edukasi dan kesiapan dari :
1. Diri sendiri
2. Keluarga
3. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini masyarkat harus tahu betul, urgensi dalam sebuah mitigasi gempa atau bencana. Jika ketiga aspek kesiapan terpenuhi, maka risiko jatuhnya korban akan bisa diminimalisir. Bencana bisa datang kapan saja, tapi kesiapsiagaan kita dalam menghadapi bencana bisa jadi kunci penyelamatan. Sehingga jumlah korban yang terdampak tidak banyak, bahkan nol.
Bejo menambahkan, tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas diantaranya :
- Disabilitas masih kurang edukasi bencana secara menyeluruh
- Penanganan bencana masih kurang terhadap disabilitas
- Data, penyandang disabilitas masih kurang terdata
Pantau Risiko Bencana Lewat Aplikasi
BNPB membuat sebuah aplikasi yang menurut saya sangat membantu dan berguna. INARISK Personal merupakan aplikasi risiko bencana di sekitar kita. dalam aplikasi ini kita bisa memantau apakah di tempat kita tinggal ada risiko terjadi bencana.
Aplikasi ini akan membantu kita dalam bersiap ketika memang terjadi potensi gempa atau bencana lain. Bisa diunduh gratis di playstore dan layak untuk digunakan. Untuk jaga-jaga agar kita semua siap dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi.
Sebagai negara yang memiliki banyak pegunungan dan lautan, jangan berharap kita bakal terbebas dari bencana seperti gempa, tsunami, dan lainnya. Walau bencana tak bisa dihindari, namun kita bisa menyiapkan diri agar bisa selamat dari bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar