Skip to main content

Jam Gadang, Hadiah Ratu Wilhelmina Sebagai Simbol Keindahan Bukittinggi

Bukittinggi itu kota yang sejuk dan cantik. Kalau ditanya dimana tempat menetap yang bakal jadi pilihan, saya akan jawab 'Bukittinggi'. Walau perkotaan, tapi saya merasa kota ini ngga terlalu riuh dan sibuk. Ngga kaya Bekasi atau Jakarta yang padat. Kalau kamu belum pernah ke Bukittinggi, cobain deh sekali seumur hidup buat berkunjung ke sana. Kamu pasti bakal jatuh cinta dengan kotanya. Sejuk dan tenang.

Jam Gadang Bukittinggi

Bangunan ikonik Bukittinggi yang jadi simbol keindahan kotanya adalah Jam Gadang. Kalau diartikan ke bahasa Indonesia, Jam Gadang adalah Jam Besar. Karena memang bangunan kecil nan menjulang ini adalah sebuah jam. Tiap jam, akan mengeluarkan bunyi yang cukup keras. 

Sejarah Jam Gadang, Tentang Keindahan dan Kebanggaan 


Bukittinggi sudah cantik dengan bentangan alam yang sangat indah. Kalau berdiri di sisi tertentu, kita bisa melihat kota Bukittinggi yang terhampar indah. 

Yang menjadi kota Bukittinggi makin cantik adalah kehadiran Jam Gadang. Sebuah bangunan seperti menara yang terdapat jam di empat sisinya. Jam Gadang dibangun sejak 1925 hingga 1927 yang melibatkan arsitek lokal, Yazid Rajo Mangkuto.

Kalau baca referensi tentang Jam Gadang, bangunan ini merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina, untuk memperingati 100 tahun berdirinya kota Bukittinggi. Selain dirancang oleh arsitek lokal, Jam Gadang ini pun dirancang oleh arsitek Hendrik Roelof Rookmaker yang saat itu menjabat sebagai kontroler di Fort de Kock (Nama lain dari Bukittinggi). 

Hadiah dari Ratu Wilhelmina ini menjadi simbol keindahan, sejarah, dan kebanggaan masyarakat setempat. Memiliki tinggi 27 meter dengan jam berdiameter 80cm di keempat sisinya. Desainnya terpengaruh dari budaya Eropa yang khas. Pada awal pembangunannya, bagian puncak Jam Gadang ini berbentuk bulat dengan patung ayam jantan. Tapi setelah Indonesia merdeka, bagian ujungnya diganti dengan Gonjong, yang merupakan ciri khas arsitektur Minangkabau. Proses pembangunannya menghabiskan biaya hingga 3.000 gulden.

Kejadian Jam Gadang, ngga hanya menjadi petunjuk waktu, tapi memiliki nilai strategis dan simbolis. Letaknya dekat dengan Pasar Atas (Pasa Ateh) dan Istana Bung Hatta. Karena lokasinya yang sangat strategis, makanya sering dijadikan pusat kegiatan oleh masyarakat setempat. Bagu masyarakat Bukittinggi, Jam Gadang bukan sekadar bangunan, tapi jadi saksi dari sejarah panjang yang dialami Bukittinggi. Mulai dari masa kolonial Belanda, hingga saat kemerdekaan.


Peristiwa penting yang pernah terjadi di Jam Gadang diantaranya, pengibaran bendera merah putih pada 1945, demonstrasi Nasi Bungkus tahun 1950, hingga pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat dalam pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia pada tahun 1959.

Kini, Jam Gadang sudah menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi. Baik oleh masyarakat sekitar maupun turis. Kawasan jam Gadang cukup bersih dan banyak tempat untuk duduk-duduk. Ada air mancur juga yang bikin Jam Gadang makin cantik. Karena banyak yang mengunjungi, jadi jalan menuju Jam Gadang ini seringkali macet. 

Jam Gadang, wajib masuk wishlist kamu jika berkunjung ke Sumatera Barat. Melihat keindahan kota Bukittinggi, menatap bangunan bersejarah yang menyimpan banyak sejarah, hingga menikmati keramahan masyarakat sekitar. Saya yakin, ngga akan pernah nyesel kalau kamu bisa menjejak di Bukittinggi.






📍 Jam Gadang 
Jalan Raya Bukittinggi-Payakumbuh, Benteng Ps. Ateh, Bukittinggi, Sumatera Barat



Comments

Most Wanted