Skip to main content

Menyapa Kembali Riuh Gegerkalong

Bandung lagi. Gegerkalong lagi. Ini kali kedua kunjungan saya ke Gegerkalong. Yang pertama ketika staycation di Banana Inn Setiabudi. First impression waktu pertama kali ke Gegerkalong, wah ramai sekali. Deretan kuliner yang menggoda selera. Hingar bingar kendaraan yang lalu lalang. Pejalan kaki yang menggunakan sisi jalan, harus berhati-hati ketika berjalan.

Kunjungan kali kedua saya ke Gegerkalong kali ini, karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Perjalanan ke Bandung ini walau untuk kerja, tetap dibawa happy karena Bandung. Kota yang menyenangkan dan bikin rindu. Walau ya macetnya ngga jauh beda dengan Bekasi. Tapi vibesnya tentu beda. 

Gegerkalong yang Tak Pernah Sepi


Dulu, saya taunya Gegerkalong itu adalah Darut Tauhid. Karena memang ada lembaga dakwah bernama Darut Tauhid milik Aa Gym. Tapi, kini yang bikin Gegerkalong meriah hampir sepanjang hari, karena area ini ada beberapa kampus. Jadi memang ramai dengan banyaknya mahasiswa yang ada di sekitar Gegerkalong. Fyi, kampus yang ada di sekitar Gegerkalong diantaranya ; Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Pasundan, Kampus Darut Tauhid, dan Politeknik Pariwisata NHI.

Soal nama Gegerkalong, saya penasaran banget bagaimana nama itu muncul, hingga menjadi nama kelurahan di kecamatan Sukasari, Bandung ini. Dari yang saya baca, nama Gegerkalong itu berasal dari dua kata 'Geger' dan 'Kalong'. Geger berarti punggung gunung. Sedangkan Kalong, berarti keluang atau kelelawar.

Jika disatukan, Gegerkalong diartikan sebagai punggung gunung tempat habitat keluang. Ada fakta yang mengungkap hingga tahun 1970an, masyarakat di Kota Bandung masih melihat keluang di wilayah Utara perbukitan Ujungberung. Fyi, Gegerkalong dulu masuk dalam wilayah Ujungberung. 

Makin lama, habitat keluang makin mengecil hingga akhirnya mereka terbang berkelompok untuk mencari makanan. Saat itu masyarakat masih terbiasa melihat rombongan keluang yang terbang dari Gegerkalong menuju selatan setiap sore, lalu kembali saat matahari terbit.

Unik juga ya sejarah nama Gegerkalong. Kirain kan, nama ya hanya sekadar nama. Tanpa makna apa-apa. Tapi ternyata ada sejarahnya juga. Sampai sekarang, saya masih suka salah menyebut nama Gegerkalong. Karena saya menyebutnya Geger (dibaca sesuai ejaan), tapi seharunya dibaca Geugeur. Makanya, pas nyebut dengan sebutan Geger, disenyumin aja sama orang asli Gegerkalong.

Wisata Kuliner yang Ramai


Pastinya banyak yang sudah tau ya kalau Gegerkalong adalah salah satu tujuan wisata kuliner di Bandung. Selain banyaknya kedua dan tempat makan, harga-harga makanan di area ini pun terjangkau. Karena memang banyak kampus dan jadi wilayah yang ramai sama mahasiswa. Jadi harga pun pasti menyesuaikan.

Kalau kamu ke Bandung dan mau wisata kuliner, Gegerkalong bisa jadi pilihan. Mau kuliner tradisional, modern, western, atau japanese, ada semua. Setelah selesai wisata kuliner, bisa mampir untuk shalat di Masjid Darut Tauhid. Bisa juga mengunjungi area pesantren Darut Tauhid buat lihat buku-buku, herbal, atau mungkin butuh perlengkapan ibadah.



Comments

Most Wanted