Skip to main content

Mengenal Sejarah Jakarta Dari Menara Syahbandar Dan Museum Bahari



Excited! Satu kata yang menggambarkan perasaan saya ketika dikasih kesempatan buat eksplor Jakarta-Tangerang. Dan, yang bikin tambah senang lagi karena trip ini eksklusif cuma untuk para pemenang  Blog Competition yang diadakan Jakarta Corners dan Grand Zuri. Jadi, ada 6 pemenang yang diajak trip. Sayangnya, hanya 3 aja yang bisa hadir yaitu Saya, Evrina dan Mbak Ratna. Trip ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2015.

Untuk mencapai meeting point yang sudah disepakati yaitu stasiun Kota, saya menggunakan kereta yang memang anti macet. Ya.. Walupun anti macet tapi suka tiba-tiba kereta berhenti luamyan lama. Biasanya karena harus gantian masuk stasiun. Jadi antri gitu, deh. 

Karena kelamaan, teman-teman yang udah sampai duluan sampai akhirnya meninggalkan saya, hiks. Jadi, pas sampai stasiun Kota, saya langsung pesen GoJek aja biar ngga kelamaan juga. Awalnya itu tujuan pertama trip adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Jadi, saya bilang ke abang GoJek "Pelabuhan Sunda Kelapa ya, Bang" Dan motor pun melaju. Sampai di pelabuhan, katanya ngumpul di Menara Syahbandar, dan saya berhenti di dalah satu kantor yang memang ada 'menara'nya. Cuma ko perasaan saya ngga enak ya. Saya merasa, ini bukan menara yang dimaksud sama temen-temen Jakarta Corners. Karena ngga enak sama abang GoJek, saya pun turun disitu dan meminta abang GoJek untuk pergi. 

Saya telpon mbak Donna untuk make sure kalau apakah menara tempat saya berdiri saat itu adalah menara yang di maksud. Dari situ terjadi miss dianatar kami *tsah*.  Saya pun muterin pelabuhan untuk mencari dimana team JC berada. Mentok dan akhirnya saya nangis huaa....huaa... Tapi ya agak jaim juga lah nangisnya. Hanya ada airmata yang sedikit mrembes ke pipi. Di saat itu, saya baru kepikiran buka GPS dan taraaaa... saya salah sodara-sodara. Ternyata Menara Syahbandar itu ada di luar pelabuhan, bukan di dalam. It's mean, menara yang  di dalam pelabuhan itu bukan Menara Syahbandar tapi Nusa Bandar. Alamakk! Akhirnya saya pakai ojek sepeda untuk sampai ke lokasi 'yang benar'.

Sekian.. Dramanya.

Menara Syahbandar

Sampai di menara Syahbandar, saya disambut riuh oleh team JC. Diantara mereka ada yang tertawa, ngakak, dan ada juga yang iba. Saya cuma bisa diam, selain lapar saya juga malu sebenarnya. 

Menara SyahBandar (Abaikan dua orang yang sedang sibuk itu)
Ngga lama setelah saya datang, trip kami pun dimulai. Diawali dengan naik ke Menara Syahbandar. Menara dengan ketinggian 40 meter ini awalnya adalah semacam menara pengintai. Dibangun tahun 1640, menara ini jadi bangunan tertinggi di jakarta pada saat itu. Menara ini digunakan untuk melihat aktifitas di pelabuhan karena memang jaraknya ngga jauh dari pelabuhan sunda kelapa. Dari situlah belanda mengintai dan memperhatian semua yang terjadi di  laut.

Antara Kami dan Menara Syahbandar Serius Ngga Janjian Pakai Merah
Di samping menara Syahbandar ini ada muara kali Ciliwung. Nah, dulu saat masih jaman Belanda, muara ini bisa disinggahi oleh kapal-kapal besar untuk menaikturunkan muatan kapal.  Tapi sekarang jangan harap bisa ngeliat aktifitas kapal singgah di muara ini, lah wong areanya udah sempit banget. Karena pembanguan kota Jakarta yang besar-besaran. Sampai-sampai situs bersejarah pun dikorbankan. Air kalinya juga udah hitam pekat. Soal bau, jangan ditanya deh. 


Muara Kali Ciliwung

Dari menara ini, kita masih bisa lihat laut dan aktifitas di pelabuhan sunda kelapa. Agak padat dan jadinya ngga beraturan gitu kapal-kapalnya. Pemandangan lain yang bisa dilihat yaitu pemukiman rumah warga yang makin dempet-dempet aja macam duduk di angkot. Jakarta oh Jakarta. 



Museum Bahari 


Puas menyimak sejarah dan menikmati hembusan angin Jakarta, kami beranjak turun. Tujuan selanjutnya adalah Museum Bahari. Yes.. akhirnya main lagi ke Museum. Karena, ketika main di malll dan playgroud terlalu mainstream, main di museum bisa jadi pilihan yang antimainstream.



Museum Bahari ada di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan Jakarta Utara. Letaknya di antara pasar yang bukan menjual ikan. Melainkan berbagai barang antik seperti tembikar dan kerajinan lain. Unik deh.

Sekeren Ini Loh Musem Bahari (sumber disini)
Masuk ke area museum, uwoowww. Ini mah tempat yang keren banget buat bikin foto prewed *lah*. Iya, sampai temen saya yang namanya Mbak Nunik itu jadi foto model dadakan yang ngga ngelewatin satu spot pun. Dia mah asik aja foto-foto gitu, padahal matahari itu lagi cakep-cakepnya bersinar. Kita-kita yang liat cuma geleng-geleng aja trus ikutan foto juga *ehh*

Bpk. Suharto, Guide Kami. Kenapa Jadi Meringis Gitu, sih Pak :)
Museum ini juga udah tua. Dulunya, museum ini dijadikan tempat penyimpanan rempah-rempah oleh Belanda. Bangunanya tidak banyak yang berubah, paling hanya renovasi sedikit dan cat ulang. Kayu yang yang digunakan sebagai pondasi museum adalah kayu jati yang besar-besar. Makanya, hingga kini, bagunan itu masih sangat kuat dan kokoh. Walau suasananya sedikit lembap dan agak-agak gimana gitu, saya dan teman-teman tetap menikmati tiap sudutnya. Apalagi ketika guide kami, bapak Suharto dengan sangat lancar menceritakan sejarah dari Museum Bahari ini.

Yang membangun bangunan ini adalah percampuran antara etnis tionghoa dan pribumi. Jadi, ada beberapa sudut yang kental banget akan ciri tionghoa seperti tulisan china pada kayu pondasinya.

Replika Kapal Pinisi, Kebanggan Bangsa Indonesia
Kemudi Kapal Laut
Namanya juga Museum Bahari, pasti lah ya museum ini berisi sejarah soal laut kita. Ada replika perahu pinisi yang jadi kebanggaan Indonesia. Dan di spot lain banyak peninggalan sejarah dari kekayaan laut kita. 

Beranjak ke lantai 2,  nah disini yang keren banget. Ada banyak diorama yang ditampilkan. Mulai dari tokoh-tokoh yang berpengaruh di Jakarta tempo dulu sampai tokoh Internasional. Ada juga diorama yang menceritakan legenda di Indonesia macam Malin Kundang. Selain itu banyak juga diorama yang lain.

Diorama Di Museum Bahari
Dengan tampilan museum yang semakin asyik ini, ngga ada salahnya dong ajak anak-anak buat wisata ke museum. Jangan mall lagi mall lagi. Kalau ngga mall ya.. pusat perbelanjaan, ya.. sama aja dong. Mengenalkan sejarah dan kekayaan budaya pada mereka sedini mungkin. Dari kecil udah diajarkan untuk cinta sama sejarah dan budaya. Jadi, saat besar nanti mereka akan sayang sama bangsanya sendiri.

Salah Satu Kapal Peninggalan Sejarah


Puas menikmati sejarah bangsa, kami beranjak meninggalkan museum dan bersiap ke tujuan selanjutnya. Museum Bahari ini jadi tujuan terkahir dalam rangkaian tur Jakarta-Tangerang saya bersama JC dan Grand Zuri. Sebelum meninggalkan Jakarta, kami mampir dulu ke hotelnya Grand Zuri di Mangga Dua. 

Simak Hotel Tur saya di Grand Zuri, di tulisan berikutnya ya...  (karena ini udah kepanjangan, takut pada mabok)


Comments

Post a Comment

Most Wanted