Kali pertama lebaran bukan di rumah. Ada perasaan sedih karena suasananya sudah pasti beda. Tapi, ada rasa penasaran juga dengan suasana lebaran di Pekanbaru. Apakah mirip dengan suasana lebaran di Bekasi? Malam takbiran, saya berharap banget bisa main ke mall di Pekanbaru. Seperti yang biasa saya lakukan. Kalau malam takbiran, ya harus jalan-jalan. Karena sudah ngga shalat tarawih, jadinya lebih tenang. Tapi berharap bisa menikmati suasana takbiran di kota Pekanbaru, eh malah pada mager semuanya. Akhirnya, cuma di rumah dan jadinya rungsing banget deh. Padahal rencana awalnya mau nonton, setelah itu buka puasa bareng, lalu jalan-jalan deh. Hm, gagal total semuanya. Sunyi Jelang Lebaran Jujur kaget juga karena suasana malam takbiran ngga semeriah di Bekasi. Di Pekanbaru, khususnya masjid dekat rumah kakak, hanya terdengar suara takbiran yang bertahan hanya sampai pukul 10 malam. Setelahnya, sunyi sekali. Kaya bukan lagi mau lebaran aja. Suasana lebaran jadi ngga berasa sama sekali...
Perjalanan mudik tahun ini memang jadi momen yang rasanya bakal terus melekat. Setelah puluhan tahun ngga ke Sumatera, akhirnya ada rezeki juga bisa menyambangi tanah kelahiran mamah. Alhamdulillah, bisa kembali ke rumah dalam keadaan sehat wal afiat. Anak-anak, terutama suami yang jadi the one and only driver, kondisinya Alhamdulillah sehat. Meriang dikit yang kemudian digempur tolak angin, sudah bugar lagi. Untuk rute menuju Sumatera Barat, suami memilih jalur lintas timur. Jujur saya ngga paham banget sama rutenya. Suami diskusi soal rute hanya sama anak sulung selaku navigator dan adik ipar yang juga the one and only driver di mobilnya, sama-sama ngga ada penggantinya. Saya sampai bikin grup buat kordinasi selama perjalanan mudik ini. Buat cek posisi dan info kalau butuh istirahat. Untuk sampai di Sumatera Barat, ada beberapa jalur yang bisa dipilih. Ada jalur lintas barat, lintas tengah, dan lintas timur. Jalur yang kami lewati adalah lintas timur. Kenapa milih lintas timur? Karen...