Saya masih ngga nyangka kalau tahun ini bisa kembali ke Padang. Tanah kelahiran mamah, yang sudah puluhan tahun belum sempat disambangi lagi. Jujur saya ngga ingat apapun tentang Bukittinggi atau Batu Sangkar yang pernah dikunjungi puluhan tahun lalu. Ya maklum, saya ke sana ketika ngomong aja masih belum lancar. Tapi beruntung, papah adalah orang yang sangat rajin mengabadikan momen. Jadi, saya bisa lihat bagaimana saya digendong, lalu difoto di depan jam gadang.
Kami memilih untuk mampir di Pekanbaru, bukan tanpa sebab. Karena pengen banget melewati kelok sembilan, sebuah jalan layang berkelok yang cantik banget. Dari Pekanbaru, kami memutuskan lewat jalan tol untuk memendekkan durasi perjalanan. Tol berakhir di Koto Kampar, Riau. Setelah itu, melewati jalan panjang yang mirip dengan jalur lintas sumatera. Alhamdulillah jalannya sudah beraspal rapih, jadi bisa lumayan cepat juga.
Sampai di kelok sembilan, sudah jam 6 sore dan gelap. Ada sedikit penyesalan karena terlalu lama singgah dan ngobrol di Pekanbaru. Walau begitu, kelok sembilannya masih sedikit terlihat dan kami juga sempat buat ambil gambar. Daripada ngga sama sekali kan. Biarin deh di foto agak gelap gulita, tapi kenangannya tetap terang di hati.
Setelah cukup mengambil beberapa gambar sebagai kenangan, kami lanjut jalan menuju Bukittinggi. Karena belum shalat maghrib, kami mampir di rest area yang masya Allah cantik banget. Rest area Air Putih, terletak bersampingan dengan tebing yang cukup tinggi. Udaranya cukup sejuk Kami juga sempat gelar tikar, buat makan bekal yang dibawakan kakak sepupu dari Pekanbaru.
Bukittinggi, Kota Cantik Nan Sejuk
Kami tiba di Bukittinggi sekitar pukul 10 malam. Langsung menuju penginapan yang sudah saya pesan sejak di Pekanbaru. Saya memilih homestay daripada hotel, karena lebih nyaman kaya lagi di rumah aja. Penginapannya nanti akan saya review di next post ya.
Tadinya mau keluar buat jalan-jalan malam di sekitaran penginapan, tapi ternyata pas sampai penginapan, malah pengen buru-buru istirahat dan tidur. Setelah nurunin semua tas, bebersih, kami langsung terkapar di kasur.
Esok paginya, setelah shalat subuh, saya dan suami jogging. Dari penginapan, kami menyusuri jalan yang masih lengang. Udaranya sejuk cenderung dingin, karena memang Bukittinggi berada di kawasan perbukitan. Karena lokasi penginapan sangat dekat dengan Jam Gadang, jadi sekalian aja jogging ke spot ikonik di Bukittinggi itu. Dari penginapan ke Jam Gadang, jaraknya kurang lebih 1.5km atau sekitar 25 menit aja dengan jalan kaki.
Melewati Jambatan Limpapeh yang berbentuk rumah gadang, cantik banget. Jambatan Limpapeh ini menghubungkan dua spot wisata di Bukittinggi, yaitu Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort de Kock. Sayangnya, saya dan keluarga ngga sempat mampir di kedua spot wisata itu. Ada sedikit penyesalan, tapi mungkin artinya disuruh balik lagi ke Bukittinggi :)
Ketika sampai di jam gadang, saya langsung melow. Langsung teringat sama papah. Kalau papah masih ada, pasti bahagia banget bisa ke Padang lagi. Karena memang, pulang ke Padang sekeluarga adalah wishlist kami yang sudah lama banget terpendam. Saya berkeliling jam gadang. Memandanginya dari setiap sudut. Dari jam gadang terdengar takbir berkumandang, yang malah bikin tambah melow dan akhirnya pecah juga airmata.
Lokasi jam gadang berada di ketinggian yang kalau kita menepi, maka akan terlihat rumah-rumah dan bangunan yang ada di Bukittinggi. Cantik dan rasanya ngga pengen pulang. Saya sampai bermimpi bisa menetap di Bukittinggi, saking cantik dan indahnya kota ini.
Karena matahari sudah mulai meninggi, saya dan suami beranjak pulang kembali ke penginapan. Lumayan jalan dapat 3 kilometer dan jadinya happy banget karena bisa jogging di tempat yang sudah lama dirindukan. Pas jalan pulang, ada yang jualan katupek pical. Belum pernah makan makanan ini, tapi pede aja beli buat sarapan anak-anak dan mamah juga. Katupek pical ini ternyata ketupat dicampur sayuran dan bumbu kacang, mirip pecel kalau di Jawa, tapi tastenya sungguh sangat berbeda.Saya pilih katupek gulai, yang terdiri dari ketupat dan sayur gulai ditambah telur rebus. Rasanya nikmat.
Tiba di penginapan, kami semua sarapan dan anak-anak sudah pada mandi semua. Karena rencananya kami mau ke Batusangkar, rumah salah satu saudara mamah. Saya kira jarak Bukittinggi dan Batusangkar itu dekat yang kira-kira 1 jam aja sampai. Tapi ternyataa jauuh banget. Jalanan yang harus ditempuh itu berkelok, naik turun, karena memang lokasinya di balik gunung. Perjalanan Bukittinggi - Batusangkar jadi perjalanan yang menguras emosi.
Soon We Will Back, Bukittinggi
Jujur, masih ada rasa ngga puas 3 hari 2 malam berada di Bukittinggi. Saya berharap dan berdoa juga, semoga ada kesempatan lagi buat kembali datang.Entah itu untuk urusan kerja atau memang buat liburan lagi.
Banyak kenangan yang walau hanya bisa saya lihat lewat foto, tapi seperti membekas. Kembali ke Bukittinggi, lanjut ke Padang buat main di pantai, sudah jadi wishlist yang semoga bisa terwujud. Entah kapan, tapi ya berdoa dan berharap aja sama Allah.
Saya bisa pastikan, kamu yang belum pernah ke Bukittinggi, sekali aja kamu menginjakkan kaki di kota indah ini, hati kamu pasti bakal terpaut. Ingin kembali lagi dan lagi. Smeoga ada rezekinya, biar bisa main-main di jam gadang lagi.
Comments
Post a Comment