Hari kedua saya di Surabaya, diisi dengan berkeliling menyusuri beberapa spot yang sering disinggahi turis. Baik lokal maupun internasional. Salah satunya, berkunjung ke Kota Lama Surabaya. Setelah tujuan utama ke Surabaya beres, saya diajak teman buat main ke Kota Lama Surabaya.
Dari rumah, jalan kaki dulu ke Royal Plaza. Kebetulan rumah teman, dekat sekali dengan Royal Plaza. Saya diajak naik Suroboyo Bus menuju Kota Lama Surabaya. Soal Suroboyo Bus sudah pernah saya bahas, lengkap di postingan sebelumnya ya.
Ada halte Suroboyo Bus di depan Royal Plaza. Karena busnya banyak, jadi ngga nunggu lama, busnya langsung ada. Perjalanan dari halte Royal (Ketintang) menuju Kota Lama, durasinya sekitar 15-20 menit. Busnya menuju tujuan akhir ( Pelabuhan Tanjung Perak) dulu, setelah itu berputar untuk kembali ke terminal Purabaya. Melewati sekitar 24 halte dulu, sebelum sampai di halte Jembatan Merah.
Sampai di halte Jembatan Merah, pemandangan Kota Lama Surabaya sudah terlihat. Menjejak di daerah ini, langsung teringat Kota Tua di Jakarta. Mirip sekali. Atau, Braga di Bandung.
Bangunan peninggalan jaman Belanda dulu. Terlihat klasik, tapi tetap kokoh terawat dengan baik. Pemerintah Surabaya sepertinya sangat merawat area ini. Jalanannya bersih dan rapih. Ngga terlihat kumuh dengan pedagang asongan atau kaki lima. Hanya saja, banyak pengemudi becak motor (entah namanya apa kalau di Surabaya) yang menawarkan jasa keliling Kota Lama, hanya dengan Rp. 20.000 saja.
Banyak pengemudi yang mendekati menawarkan, tapi karena ngga terlalu minat, jadi ya sudah ditolak baik-baik saja. Saya dan teman menyusuri jalanan Kota Lama Surabaya yang super panas, sambil melihat-lihat dan membaca beberapa sejarah yang dibuat seperti prasasti.
Ada taman luas yang rimbun di antara bangunan bersejarah di Kota Lama Surabaya. Menurut teman saya, tamannya belum lama diresmikan. Masih terlihat baru dan rapih. Berharap sih akan tetap rapih dan bersih hingga tahun-tahun selanjutnya.
Ada satu spot yang menarik perhatian saya. Replika mobil seorang brigadir bernama Mallaby. Konon, beliau ikut terbakar di dalam mobilnya. Peristiwa terbakarnya mobil Brigadir Mallaby ini menjadi momen penting dalam perang Revolusi Kemerdekaan tahun 1945. Walau hanya replika, tapi melihat mobilnya ada perasaan gimana gitu. Ada perasaan ngeri sebenarnya. Kata teman, bagi yang bisa 'melihat', mobil itu ngga nyaman buat dilihat. Wallahu 'alam bishawab.
Beranjak ke spot selanjutnya. Saya diajak menyebrang, lalu berjalan masuk ke dalam gang. Lalu, ketemulah dengan sebuah bangunan bersejarah lain yang menjadi cikal bakal adanya sirup di Indonesia. Pabrik Limun atau sirup pertama di Indonesia, ternyata ada di Surabaya. Siang terik dan panas, menang paling cocok minum es. Saya ngga tau apakah pabriknya masih dibuka untuk umum atau tidak. Tapi pas saya sampai, pabriknya tutup.
Di bangunan pabrik limun (sirup) itu, ada booth Siropen. Sirup yang masih diproduksi dengan berbagai varian rasa. Saya pilih rasa markisa yang katanya best seller. Ketika dicoba, beneran segar. Walau menurut saya masih kurang manis, tapi enak dan segar. Kalau mau beli sirup aslinya juga bisa kok. Cocok buat oleh-oleh sih.
Cukup lama saya dan teman nongkrong di warung es ini. Sambil ngobrol, sambil ngadem. Karena ternyata di depan pabrik ini, adem sekali. Kalau ikut tur wisata dengan Toerwagen, salah satu spot yang dikunjungi adalah pabrik sirup ini. Wisatawan yang ikut tur ini, biasanya beli es dulu buat dinikmati, sambil kembali melanjutkan perjalanan ke spot lain.
Setelah istirahat dan ngadem sambil minum es, saya dan teman kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa spot lain di Kota Lama Surabaya hanya dijelaskan aja sama teman, tanpa kami kunjungi. Yang jelas, wisata sejarah Kota Lama hanya bisa jadi sesuatu yang menarik. Buat yang pertama kali mengunjungi Surabaya, boleh loh masukin Kota Lama Surabaya ini ke dalam itinerary.
Comments
Post a Comment