Kalau ke Yogyakarta, biasanya yang jadi destinasi wisata itu Malioboro, Kraton, atau ya destinasi wisata populer aja. Kebanyakan berada di pusat kota. Jarang atau sedikit sekali ada yang berminat buat menelusuri keindahan candi, salah satu peninggalan sejarah.
Yogyakarta punya banyak sekali candi. Ada wisatawan yang tertarik pada sejarah candi. Mereka biasanya mempelajari juga sejarah dari candi-candi itu.
Candi Prambanan jadi salah satu warisan kebanggaan Indonesia yang mencerminkan kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di masa lampau.
Tapi, tau ngga sih kalau di sekitar kompleks Prambanan, ternyata terdapat beberapa candi lain yang tak kalah penting dan menarik? Kalau dari segi sejarah maupun arsitektur, candi-candi ini membentuk satu kawasan suci besar yang dahulu menjadi pusat peradaban spiritual dan kebudayaan di Jawa Tengah pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.
1. Candi Sewu
Lokasinya sekitar 800 meter di utara Candii Prambanan. Dibangun pada abad ke-8 Masehi (masa Kerajaan Mataram Kuno).
Candi Sewu adalah kompleks candi Buddha terbesar di Jawa Tengah setelah Borobudur. Meskipun namanya berarti “seribu candi”, sebenarnya jumlah bangunan di kompleks ini sekitar 249 buah.
Candi utama dikelilingi oleh ratusan candi perwara (candi kecil) yang tersusun rapi membentuk pola mandala, melambangkan kosmos dalam ajaran Buddha Mahayana.
Menurut prasasti Kelurak (782 M), Candi Sewu dibangun oleh Rakai Panangkaran dari Dinasti Syailendra, yang dikenal sebagai raja beragama Buddha. Candi ini menjadi bukti nyata harmonisasi antara umat Buddha dan Hindu di masa itu, mengingat letaknya yang sangat dekat dengan Candi Prambanan yang bernafaskan Hindu.
2. Candi Lumbung
Lokasinya sekitar 200 meter dari Candi Sewu. Dibangun sekira akhir abad ke-8 Masehi.
Candi Lumbung terdiri dari 1 candi induk dan 16 candi perwara yang mengelilinginya. Nama “Lumbung” berasal dari masyarakat sekitar karena bentuk atapnya menyerupai lumbung padi.
Bangunan ini memiliki arca Bodhisattva dan stupa di sekelilingnya, menunjukkan fungsinya sebagai tempat pemujaan umat Buddha.
Candi ini merupakan bagian dari kompleks Sewu dan memperlihatkan keselarasan arsitektur antar-candi di kawasan Prambanan. Diduga kuat, Candi Lumbung digunakan sebagai tempat meditasi para bhiksu (biksu) yang tinggal di sekitar kompleks.
3. Candi Bubrah
Lokasinya sekitar 50 meter di selatan Candi Sewu. Dibangun pada masa pembangunan: Abad ke-9 Masehi
Nama “Bubrah” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “rusak” karena ketika ditemukan, candi ini dalam kondisi hancur. Namun setelah pemugaran, keindahan arsitekturnya mulai tampak kembali.
Candi Bubrah hanya memiliki satu bangunan utama tanpa candi perwara. Pada dindingnya terdapat relung-relung yang dahulu berisi arca Bodhisattva. Letaknya yang berada di antara Candi Sewu dan Prambanan menunjukkan adanya hubungan antara tradisi Hindu dan Buddha yang hidup berdampingan pada masa itu.
4. Candi Sojiwan
Lokasinya, sekitar 2 kilometer di tenggara Candi Prambanan (di dekat Desa Kebon Dalem Kidul, Klaten). Dibangun pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10 Masehi
Candi Sojiwan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, dipersembahkan untuk guru spiritual sang ratu.
Candi ini dihiasi dengan lebih dari 20 relief cerita binatang (Jataka) yang mengandung nilai moral ajaran Buddha. Struktur bangunannya mirip dengan candi-candi di kompleks Plaosan dan menunjukkan perpaduan gaya arsitektur Hindu-Buddha.
Candi Sojiwan juga dikenal karena kemegahannya yang elegan namun sederhana, menjadi saksi bisu perpaduan budaya dan spiritualitas tinggi masyarakat Mataram Kuno.
5. Candi Plaosan
Nah, candi ini sempat masuk ke dalam itinerary saya ketika trip ke Yogyakarta, bersama Ibu Berwisata. Lokasinya sekitar 1 kilometer di timur laut Candi Prambanan. Masa Pembangunannya, awal abad ke-9 Masehi.
Candi Plaosan dibangun oleh Rakai Pikatan (raja Hindu) dan Pramodhawardhani (putri Dinasti Syailendra beragama Buddha). Candi ini menjadi simbol toleransi dan cinta lintas keyakinan di masa lalu.
Kompleks Plaosan terbagi menjadi dua bagian besar: Plaosan Lor (utara) dan Plaosan Kidul (selatan). Plaosan Lor memiliki dua candi utama yang identik, dikelilingi oleh puluhan stupa dan candi perwara kecil. Arsitekturnya sangat halus dengan ukiran relief yang menggambarkan kehidupan biara dan ajaran moral Buddha.
Candi Plaosan sering disebut sebagai “Candi Kembar” karena dua bangunan utamanya berdiri berdampingan dalam bentuk yang hampir sama.
Di sekitar area candi Plaosan, banyak sekali hamparan sawah, ladang yang menghijau. Saya dan teman-teman sempat bersepeda menikmati suasana pedesaan.
Kelima candi di sekitar Prambanan — Sewu, Lumbung, Bubrah, Plaosan, dan Sojiwan — bukan hanya peninggalan arkeologis, tetapi juga simbol toleransi, keharmonisan, dan kemajuan peradaban Jawa kuno.
Kawasan ini dahulu merupakan pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan spiritual, di mana ajaran Hindu dan Buddha hidup berdampingan secara damai.
Kini, kompleks candi-candi tersebut jadi warisan dunia yang mengajarkan kita pentingnya menghargai perbedaan dan menjaga kekayaan budaya bangsa.
Gimana, tertarik buat wisata sejarah dengan datang ke candi-candi sekitaran Prambanan? Sesekali main ke Yogyakarta dan belajar sejarah, seru juga loh.
Comments
Post a Comment