Skip to main content

Istano Baso Pagaruyung, Napak Tilas Kejayaan Kerajaan Minangkabau di Tanah Datar

Salah satu spot yang masuk dalam itinerary di trip Sumatera lebaran kemarin, adalah Istano Pagaruyung. Saya memang ngga ingat, bagiamana dulu saya diajak mama papa ke Istana ini. Hanya foto yang akhirnya seakan bercerita. Menurut mama, saat itu umur saya baru 2 tahun. Papa yang memang hobinya membahagiakan dan membuat momen indah buat anak istrinya, mengajak kami pulang kampung. Ya, mama berasal dari Sumatera Barat. Tepatnya dari Batusangkar. Nah, kalau mau ke Batusangkar, kita akan melewati istana besar yang bentuknya seperti rumah gadang, rumah adat Sumatera Barat.

Istano Basa Pagaruyung

Ketika bisa menjejakan kaki lagi di Istano Basa Pagaruyung, ada melow-melownya juga. Langsung teringat papa, yang pernah mengusahakan saya, abang, dan mama untuk bisa sampai di istana nan indah ini. Kalau papa Masih ada, pasti langsung mengalir cerita-cerita puluhan tahun lalu. Ketika ia membawa kami pulang kampung.

Dan, akhirnya saya, suami, dan anak-anak bisa menjejakkan kaki di sebuah peninggalan sejarah, yang megah. Istano Basa Pagaruyung. Walau istano ini sebenarnya hanya replika, tapi di dalamnya, menyimpan banyak sekali peninggalan sejarah dari kerajaan Minangkabau. Istana yang aslinya sudah terbakar ketika perang padri. Walau replika, tapi istana ini dibuat semirip mungkin. 

Menapaki Jejak Kerajaan Minangkabau

Terletak di kaki Bukit Barisan, di sebuah lembah yang hijau dan subur di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana Pagaruyung berdiri megah sebagai simbol kejayaan masa silam Kerajaan Minangkabau. Memadukan estetika arsitektur tradisional dan nilai filosofis yang dalam, istana ini bukan sekadar objek wisata, tetapi sebuah warisan budaya yang memancarkan identitas Minangkabau yang kuat. Bagi para wisatawan yang ingin merasakan perjalanan historis melewati jejak peradaban kuno, Istana Pagaruyung ngga boleh skip. 

Istano Basa Pagaruyung

Kerajaan Pagaruyung dipercaya berdiri sejak abad ke-14 dan jadi pusat pemerintahan adat Minangkabau, yang besar pengaruhnya di Sumatera. Kerajaan ini dipimpin oleh sistem Triumvirat, yaitu tiga penguasa—Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat—yang masing-masing memiliki otoritas berbeda, namun saling melengkapi.

Meski jadi salah satu kerajaan penting di Nusantara, perjalanan Pagaruyung ngga selalu mulus. Konflik internal, Perang Padri, kolonialisasi Belanda, serta beberapa peristiwa kebakaran telah merusak bangunan istana asli. Rekonstruksi terakhir dilakukan pasca kebakaran besar tahun 2007, menghasilkan bangunan yang saat ini saya tapaki. Megah, anggun, dan tetap memegang teguh nilai-nilai arsitektur serta adat Minangkabau.

Simbolisme dalam Setiap Arsitektur Istano Basa Pagaruyung

Struktur Rumah Gadang. Istana Pagaruyung dibangun mengikuti bentuk Rumah Gadang, rumah adat Minangkabau yang dikenal dengan struktur memanjang dan atap bergonjong. Tidak seperti Rumah Gadang biasa, istana ini memiliki tiga tingkat, yang masing-masing memiliki makna filosofis

  • Lantai pertama, simbol dunia tempat masyarakat bermasyarakat dan bermusyawarah

  • Lantai kedua, ruang keluarga kerajaan, sarat nilai adat dan tradisi.

  • Lantai ketiga, tempat penyimpanan benda-benda pusaka dan simbol spiritualitas kerajaan

Ganjong Sebagai Lambang Kemenangan. Atap yang melengkung runcing, disebut gonjong, menyerupai tanduk kerbau. Bentuk ini terinspirasi dari legenda kemenangan Minangkabau dalam perjanjian batas wilayah melalui adu tanding kerbau—sebuah kreatifitas diplomasi yang diwariskan secara lisan turun-temurun.

Ukiran Motif Minangkabau. Sisi luar dan dalam bangunan dihiasi ratusan motif ukiran berwarna-warni seperti pucuak rabuang, akar berayun, dan saluang balantang. Setiap ukiran menyampaikan pesan moral, prinsip adat, dan filosofi hidup Minangkabau, sebagaimana pepatah adat, “Alam takambang jadi guru.” (Alam yang berkembang menjadi guru.)

Material Traditional, Teknik Tanpa Paku. Meski telah direvitalisasi menggunakan unsur modern di beberapa bagian, istana ini tetap mempertahankan teknik tradisional, seperti sambungan kayu tanpa paku—melambangkan keseimbangan dan keharmonisan kehidupan masyarakat adat.

Istana Pagaruyung bukan hanya tempat wisata, tapi jadi sebuah pusat pelestarian adat Minangkabau. Ia menjadi simbol prinsip hidup masyarakat Minang yang terkenal dengan filosofi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.” Artinya, adat berdasar pada syariat, dan syariat berdasar pada kitab suci.

Dengan demikian, setiap sudut istana mengingatkan kita bahwa budaya Minangkabau bukan sekadar warisan, tetapi identitas yang terus hidup dan berkembang.

Harga Tiket - Lokasi

Untuk bisa masuk ke Istano Basa Pagaruyung, kita akan dikenakan tiket masuk. Untuk dewasa, harga tiketnya Rp. 21.000 dan untuk anak harga tiketnya Rp. 11.000 . Sedangkan untuk turis mancangera, harga tiketnya Rp. 31.000. Mahal atau murah menurut kalian?

Istano Basa Pagaruyung

Jam operasionalnya mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00, bisa berbeda sewaktu-waktu. Karena, Istano Basa Pagaruyung ini suka dijadikan tempat dari beberapa event besar. 

Akses jalan menuju Istano Basa Pagaruyung ini cukup berkelok. Walau jalananya mulus, tapi perlu hati-hati juga. Dari Kota Padang, waktu tempuhnya 1.5 - 2 jam perjalanan. Sedangkan kalau dari Batusangkar, hanya 15 menit perjalanan.


📍Istano Basa Pagaruyung 

Jl. Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Kec. Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat 27281

Comments

Most Wanted